I've been thinking of you all the time.
I've been talking to you for years.
And I've always been in LOVE with you.
Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
Apakah kau masih selembut dahulu...
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap
Sambil membenarkan letak leher kemejaku
Kabut tipispun turun pelan-pelan di lembah kasih
Lembah Mandalawangi...
Kau dan aku tegak berdiri
Melihat hutan-hutan yang menjadi suram
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin
Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu...
Saat kudekap kau dekaplah lebih mesra...
Lebih dekat...
Apakah kau masih akan berkata...
Kudengar detak jantungmu
Kita begitu berbeda dalam semua
Kecuali dalam Cinta...
----------------------------
Kembali terngiang puisi ini. Puisi Cahaya Bulan yang pernah kamu berikan dulu. Ya dulu. Saat semua terasa menyenangkan. Mungkin benar, tahun pertama hingga ketiga akan menjadi tahun yang menyenangkan. Penuh keromantisan, gombal yang benar-benar gombal namun menyenangkan. Aku masih dapat mengingat dengan jelas, setiap kata yang keluar dari bibirmu, terasa sangat manis, penuh makna dan kamu mampu membanjiri aku dengan semua kata cinta mu. Aku tahu itu tulus, teramat sangat tulus. Masih terngiang saat kamu memainkan gitar untukku, walau hanya saat berbincang di telepon. Masih ku ingat saat kamu berbicara denganku dengan tatapan yang menyenangkan, hangat, dan dalam saat kita berbincang dan menyempatkan diri untuk bertemu. Atau saat tiba-tiba seikat mawar tiba di meja kerjaku, walau kamu sedang bermil-mil jauhnya. Dan juga, saat kita selalu mengakhiri hari setiap malamnya dengan kata-kata mesra. It was the sweetness of you that I can't forget.
Ah, masa yang kurindukan. Lebih dari 3 tahun, sekarang kita hanya seperti teman. No sweet word, no sweet thing. I officially missing you. Like now. :')
Time is passing by. And I think, we don't have to find the reason to stay, because we are the reason why.
No comments:
Post a Comment